Wednesday, February 4, 2015

“ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS”

BAB I
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang
Utilitarianisme berasal dari kata “utility” yang berarti bermanfaat atau berguna. Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hokum dan bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
            Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika utilitarianisme juga dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yang telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat penilaian berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin di revisi.

B.     Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalah dalam penelitian ini yaitu : Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata “utility” yang berarti bermanfaat atau berguna. Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan. Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Oleh karena itu tugas hukum adalah mengantarkan manusia menuju kebaikan. Sehingga esensi hukum harus bermanfaat, artinya hukum yang dapat membahagiakan sebagian besar masyarakat.
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan yang dihadapi oleh Bentham dan or ang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
B . Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
1. Manfaat , bahwa kebijakan atau tindakan tertentu dapat mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
2.Manfaat terbesar, sama halnya seperti diatas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
3.Pertanyaan mengenai manfaat, manfaatnya untuk siapa ? Saya, dia, mereka, atau kita. Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu.
4.Atas dasar ketiga Kriteria tersebut, etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yakni tindakan yang baik dan tepat secara moral, tindakan yang bermanfaat besar dan manfaat yang paling besar untuk paling banyak orang.
C . Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a. Rasionlitasnya adalah prinsip moral yang diajukan oleh etika ultilitarinisme tidak didasarakan pada aturan – aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami.
b. Universalitas adalah mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang yang melakukan tindakan itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya. Artinya yang baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
Will Kymlicka, menegaskan bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya tarik yaitu :
Etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas dan etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
D. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standart Penilaian 
   a) Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.   
     b) Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian baik tindakan atau kebijaksanaan  yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang. 
            Dalam banyak hal sesungguhnya kedua wujud tersebut digunakan secara bersamaan karena keduanya berkaitan erat satu sama lain. Dalam membuat perencanaan,etika utilitarianisme dapat di pakai sebagai standat penilaian. Hanya saja apa yang di nilai, baru merupakan bakal tindakan atau kebijaksanaan maka akibat dari bakal tindakan atau kebijaksanaan itu  baru merupakan kemungkinan atau dugaan- dugaan kuat dan juga sangat mungkin masuk akal atau bisa terjadi.
Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika utilitarianisme juga dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yang telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat penilaian berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin di revisi.
E.   Analisis Keuntungan dan Kerugian 
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan,  kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan  membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan etis.

F.  Kelemahan Etika Utilitarianisme
            Pertama : manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis malah menimbulkan kesuliatan yang tidak sedikit. Karena manfaat bagi manusia berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.
            Kedua : persoalan klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah etika utiliratianisme tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
            Ketiga : etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau motivasi baik seseorang. Akibatnya seseorang punya motivasi yang baik dalam melakukan tindakan,tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi banyak orang.
            Keempat : variabel yang di nilai tidak semuanya bisa di kuantifikasi. Karena itu,sulit sekali mengukur dan memperbandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variabel yang ada.
            Kelima : seandainya ketiga criteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan,ada kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas diantara ketiganya.
            Keenam : kelemahan paling pokok dari etika utilitarianisme adalah bahwa utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas ( kriteria ketiga ). Etika utilitarianisme membenarkan suatu tindakan,tanpa menghiraukan kenyataan bahwa tindakan yang sama ternyata merugikan segelintir orang tertentu.
G. JALAN KELUAR
Mengingat disatu pihak etika ini punya keunggulan dan nilai positif yang sangat jelas .perlu dicari jalan keluar tertentu supaya etika ini masi bs dipakai , terutama dalam kebijksanaan-kebijaksanaan umum tertentu,termasuk bisnis dengan sebisa mungkin menghindari kelemahan-kelemahannya .para filsuf yang menganut etika utilitarianisme antara lain menanggapi kritik atas kelemahan-kelemahan etika ini dengan menggunakan pembedaan antara utilitarianisme-aturan dan utilitarianisme-tindakan .maksud artinya yang utama dalam etika utilitarianisme adalah aturan atau prinsip dasarnya dan bukan tindakan partikular satu demi satu.yang mau dikatakan dengan ini adalah bahwa kelemahan-kelemahan diatas lebih berkaitan dengan masing-masing tindakan konkret dan bukan prinsipnya .padahal prinsip etika utilitarianisme pertama-tama berlaku untuk kelompok tindakan yang sesuai dengan aturan moral tertentu .karena itu menurut utilitarianisme ,ada dua prinsip yang harus diperhatikan. Pertama ,suatu tindakan adalah baik dari segi etis kalau tindakan sesuai aturan moral. Kedua aturan moral tepat kalau seluruh manfaaat di hasilkannya tapi jalan keluar ini pun dalam kenyataannya tidak gampang . Karena bagaimanapun daya tarik etika utilitarianisme terletak pada bagaimana menilai tindakan dalam situasi konkretnya .karena itu dalam situasi dimana kita terpaksa mengambil kebijaksanaaandan tindakan berdasarkn etika utilitarianisme mengandung beberapa kesulitan dan kelemahan .pertama dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur tindakan yang kita ambil yang memenuhi kiteria etika utilitarianisme diatas .kedua, dalam kasus konkret dimana kebijaksaanaan atau tindakan bisnis tertentu yang dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait ,termasuk secara moral .tetapi ternyata ada pihak tertentu yang dirugikan .kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi pihak pribadi pihak yang dirugikan akan merasa disapa dan diperlakukan sebagi manusia dan diperhitungkan hak dan kepentingannya .dalam hal ini mereka masih punya harga diri yang diperhatikan .bersamaan dengan itu pendekatan dan komunikasi pribadi dapat menampung aspirasi harapan dan tuntutan pihak yang terpaksa dirugikan .idealnya dapat dicari kompensasi bagi mereka sesuai aspirasi harapan ,dan tuntutan mereka.
Kalau jalan keluar ini ditempuh ,kelemahan etika utilitarianisme bisa diperkecil kendati tidak bisa ditiadakan dalam semua kasus apa pun. Kalau ini terjadi secara moral kebijaksanaan atau tindakan yang kiat ambil , secara etis dapat dipertanggung jawabkan dan dapat diterima sebagai baik dan etis .

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah melanggar etika bisnis dimana, upah yang dibayar kepada para pekerja dianggap tidak layak dan juga telah melanggar UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisiush

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan baik dan benar serta bersifat membangun. Terimakasih :)