BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang
Utilitarianisme berasal dari kata “utility” yang berarti
bermanfaat atau berguna. Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan
kemanfaatan sebagai tujuan utama hokum dan bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial
politik, ekonomi, dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah
kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan
banyak orang, secara moral.
Sebagai penilaian atas tindakan atau
kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika utilitarianisme juga dapat berfungsi
sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yang
telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat penilaian berfungsi
sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan atau program yang ingin
di revisi.
B.
Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka peneliti
membatasi permasalah dalam penelitian ini yaitu : Etika Utilitarianisme Dalam
Bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata
“utility” yang berarti bermanfaat atau berguna. Utilitarianisme adalah aliran
yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini
diartikan sebagai kebahagiaan. Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum,
bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Oleh karena itu tugas hukum adalah mengantarkan manusia menuju kebaikan.
Sehingga esensi hukum harus bermanfaat, artinya hukum yang dapat membahagiakan
sebagian besar masyarakat.
Utilitarianisme
pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748-1832). Persoalan yang
dihadapi oleh Bentham dan or ang-orang sezamannya adalah bagaimana menilai baik
buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral.
Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan publik, yaitu kebijaksanaan
yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang, secara moral.
B . Kriteria dan Prinsip
Etika Utilitarianisme
1. Manfaat , bahwa kebijakan atau
tindakan tertentu dapat mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
2.Manfaat terbesar, sama halnya seperti
diatas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar.
Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
3.Pertanyaan mengenai manfaat, manfaatnya
untuk siapa ? Saya, dia, mereka, atau kita. Kriteria yang sekaligus menjadi
pegangan objektif etika utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak
mungkin orang. Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat
dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang
membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang
memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu.
4.Atas dasar ketiga Kriteria tersebut,
etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yakni tindakan yang baik dan tepat
secara moral, tindakan yang bermanfaat besar dan manfaat yang paling besar
untuk paling banyak orang.
C
. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a. Rasionlitasnya adalah prinsip moral
yang diajukan oleh etika ultilitarinisme tidak didasarakan pada aturan – aturan
kaku yang mungkin tidak kita pahami.
b. Universalitas adalah mengutamakan
manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang yang melakukan
tindakan itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya.
Artinya yang baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
Will Kymlicka, menegaskan
bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya tarik yaitu :
Etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas dan etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
Etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas dan etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
D.
Utilitarianisme sebagai Proses dan
sebagai Standart Penilaian
a) Etika
utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan,
kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika utilitarianisme
dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan atau kebijaksanaan
yang akan dilakukan.
b) Etika
utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian baik tindakan atau kebijaksanaan
yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu
benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang paling pokok
adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi berdasarkan
akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil terbaik bagi
banyak orang.
Dalam
banyak hal sesungguhnya kedua wujud tersebut digunakan secara bersamaan karena
keduanya berkaitan erat satu sama lain. Dalam membuat perencanaan,etika
utilitarianisme dapat di pakai sebagai standat penilaian. Hanya saja apa yang
di nilai, baru merupakan bakal tindakan atau kebijaksanaan maka akibat dari
bakal tindakan atau kebijaksanaan itu
baru merupakan kemungkinan atau dugaan- dugaan kuat dan juga sangat
mungkin masuk akal atau bisa terjadi.
Sebagai penilaian atas
tindakan atau kebijaksanaan yang sudah terjadi, etika utilitarianisme juga
dapat berfungsi sebagai sasaran atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program
tertentu yang telah di jalankan itu akan di revisi dan sebagai standat
penilaian berfungsi sekaligus sebagai sasaran akhir dari sebuah kebijaksanaan
atau program yang ingin di revisi.
E. Analisis
Keuntungan dan Kerugian
Pertama, keuntungan
dan kerugian (cost and benefits) yang
dianalisis jangan semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi
perusahaan, kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu
mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak pihak lain yang
terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam
analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu
kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang
menguntungkan dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur,
karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme
sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali
terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam kerangka uang
(satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian
serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek
financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak
karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka
kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang
berkepentingan.
Ketiga¸bagi
bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan
dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting
karena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis
tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan
atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena
itu, benefits yang menjadi
sasaran utama semua perusahaan adalah long
term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga
hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah
kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative
kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan
kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat
bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang,
alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang
berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan
keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek
moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu,
perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan,
pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan
yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial,
melainkan juga baik dan etis.
F.
Kelemahan Etika Utilitarianisme
Pertama
: manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan
praktis malah menimbulkan kesuliatan yang tidak sedikit. Karena manfaat bagi
manusia berbeda antara satu orang dengan orang yang lain.
Kedua
: persoalan klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah etika utiliratianisme
tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
Ketiga
: etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau motivasi
baik seseorang. Akibatnya seseorang punya motivasi yang baik dalam melakukan
tindakan,tetapi ternyata membawa kerugian yang besar bagi banyak orang.
Keempat
: variabel yang di nilai tidak semuanya bisa di kuantifikasi. Karena itu,sulit
sekali mengukur dan memperbandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan
variabel yang ada.
Kelima
: seandainya ketiga criteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan,ada
kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas diantara ketiganya.
Keenam
: kelemahan paling pokok dari etika utilitarianisme adalah bahwa
utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi
kepentingan mayoritas ( kriteria ketiga ). Etika utilitarianisme membenarkan
suatu tindakan,tanpa menghiraukan kenyataan bahwa tindakan yang sama ternyata
merugikan segelintir orang tertentu.
G.
JALAN KELUAR
Mengingat disatu pihak etika ini punya keunggulan
dan nilai positif yang sangat jelas .perlu dicari jalan keluar tertentu supaya
etika ini masi bs dipakai , terutama dalam kebijksanaan-kebijaksanaan umum
tertentu,termasuk bisnis dengan sebisa mungkin menghindari kelemahan-kelemahannya
.para filsuf yang menganut etika utilitarianisme antara lain menanggapi kritik
atas kelemahan-kelemahan etika ini dengan menggunakan pembedaan antara
utilitarianisme-aturan dan utilitarianisme-tindakan .maksud artinya yang utama
dalam etika utilitarianisme adalah aturan atau prinsip dasarnya dan bukan
tindakan partikular satu demi satu.yang mau dikatakan dengan ini adalah bahwa
kelemahan-kelemahan diatas lebih berkaitan dengan masing-masing tindakan
konkret dan bukan prinsipnya .padahal prinsip etika utilitarianisme
pertama-tama berlaku untuk kelompok tindakan yang sesuai dengan aturan moral
tertentu .karena itu menurut utilitarianisme ,ada dua prinsip yang harus
diperhatikan. Pertama ,suatu tindakan adalah baik dari segi etis kalau tindakan
sesuai aturan moral. Kedua aturan moral tepat kalau seluruh manfaaat di
hasilkannya tapi jalan keluar ini pun dalam kenyataannya tidak gampang . Karena
bagaimanapun daya tarik etika utilitarianisme terletak pada bagaimana menilai
tindakan dalam situasi konkretnya .karena itu dalam situasi dimana kita
terpaksa mengambil kebijaksanaaandan tindakan berdasarkn etika utilitarianisme mengandung
beberapa kesulitan dan kelemahan .pertama dalam banyak hal kita perlu
menggunakan perasaan moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur tindakan
yang kita ambil yang memenuhi kiteria etika utilitarianisme diatas .kedua,
dalam kasus konkret dimana kebijaksaanaan atau tindakan bisnis tertentu yang
dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan perusahaan tetapi juga banyak
pihak terkait ,termasuk secara moral .tetapi ternyata ada pihak tertentu yang
dirugikan .kiranya pendekatan dan komunikasi pribadi pihak pribadi pihak yang
dirugikan akan merasa disapa dan diperlakukan sebagi manusia dan diperhitungkan
hak dan kepentingannya .dalam hal ini mereka masih punya harga diri yang
diperhatikan .bersamaan dengan itu pendekatan dan komunikasi pribadi dapat
menampung aspirasi harapan dan tuntutan pihak yang terpaksa dirugikan .idealnya
dapat dicari kompensasi bagi mereka sesuai aspirasi harapan ,dan tuntutan
mereka.
Kalau jalan keluar ini ditempuh ,kelemahan etika
utilitarianisme bisa diperkecil kendati tidak bisa ditiadakan dalam semua kasus
apa pun. Kalau ini terjadi secara moral kebijaksanaan atau tindakan yang kiat
ambil , secara etis dapat dipertanggung jawabkan dan dapat diterima sebagai
baik dan etis .
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah melanggar etika
bisnis dimana, upah yang dibayar kepada para pekerja dianggap tidak layak dan
juga telah melanggar UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan yang sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Karena
PT FI berizin penambangan tembaga, namun mendapat bahan mineral lain, seperti
emas, perak, dan konon uranium. Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang
Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal
sikap Freeport (Davis, G.F., et.al., 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis:
Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisiush
0 comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik dan benar serta bersifat membangun. Terimakasih :)